“Yuk
Nabung Saham”, slogan yang saat ini sedang gencar dipublikasikan oleh
pihak Bursa Efek untuk mengajak masyarakat “menabung” di instrumen
bernama saham. Slogan ini membuat saya takut karena memberikan persepsi
bahwa investasi di saham itu seperti layaknya menabung di bank, setiap
bulan mendapatkan bunga dengan jumlah tertentu dan saldonya akan terus
meningkat (jika tabungannya tidak diambil dan selama biaya administrasi
lebih kecil daripada bunga).
Saham
adalah instrumen investasi yang beresiko tinggi bagi masyarakat awam yang
belum memiliki pendidikan mengenai jual beli saham. Saham bukan tempat
menabung yang tepat dalam arti “beli, tunggu dan jual (posisi untung)”.
Ada banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan sebelum membeli saham
sebuah perusahaan di lantai bursa. Salah langkah dalam memulai berarti
kemungkinan besar duit hilang, walaupun hanya di atas kertas dan kalau
mental tidak kuat, duit kita akan hilang beneran saat kerugian
direalisasikan.
Menurut
Lex van Dam, salah satu manajer investasi profesional yang sering
memberikan kuliah gratisan di youtube, ada 5 hal yang perlu diperhatikan
sebelum membeli saham, yaitu:
- Idea generation: memikirkan sektor mana yang hendak dimasuki untuk berinvestasi, kemudian mencari perusahaan di sektor tersebut. Misalnya kita ingin masuk ke sektor perdagangan karena sering membeli obat/farmasi dan mie instant, atau sektor infrastruktur karena pemerintah sedang gencar berinvestasi di sektor ini.
- Fundamental analysis: melakukan analisis fundamental mengenai kekuatan kekuangan dan performa si perusahaan. Tujuannya untuk mencari perusahaan yang kinerjanya baik, misalnya terus untung setiap tahun dan tumbuh.
- Technical analysis: melakukan analisis teknikal untuk mengetahui waktu yang tepat kapan masuk dan kapan keluar baik ketika untung maupun ketika rugi.
- Trading psychology: memiliki mental yang kuat dan berdisiplin dalam menjalankan rencana investasi.
- Risk management: memiliki rencana manajemen resiko yang baik karena saham yang kita beli belum tentu untung dan kita perlu menyelamatkan kapital
Jadi,
instrumen investasi bernama saham ini menurut hemat saya tidak dapat
dikatakan sebagai tempat menabung yang pas karena saham perlu dikelola
dengan aktif, bukan pasif seperti konsep “menabung” yang masyarakat awam
pahami. Para pemain besar jaman dulu bahkan menyarankan agar seseorang
belajar dan praktek jual beli saham tanpa menggunakan uang beneran
(paper trading) selama 3 tahun sebelum terjun ke lantai bursa.
Bayangkan, belajar dulu 3 tahun sebelum berinvestasi di saham. Tanpa belajar lebih dulu yah akhirnya cuma “main saham” saja, dan tidak berbeda dengan berjudi.